Ada banyak sekali bintang yang ada di alam semesta ini. Saat kita melihat langit cerah pada malam hari, seluruh angkasa diterangi oleh bintang-bintang, yang tampak sebagai bintik kecil berwarna cerah. Ada yang tampak cerah, ada pula yang tampak gelap.
Alasan untuk besarnya kecerahan yang bervariasi bisa banyak. Jarak dari bumi atau tingkat energinya untuk memancarkan gelombang elektromagnetik (cahaya) bisa menjadi faktor penyebabnya. Faktor untuk menentukan besarnya dikembangkan pada usia yang sangat dini.
Skala untuk membakukan besaran bintang pertama kali dikonseptualisasikan oleh Hipparchus (astronom Turki) ribuan tahun sebelumnya.
Belakangan, dua standar dikembangkan dari skala sebelumnya yang dirujuk oleh Hipparchus untuk menentukan besarnya luminositas benda langit. Dua standar yang digunakan adalah magnitudo absolut dan magnitudo semu.
Magnitudo absolut membantu kita mengetahui luminositas benda langit mana pun dari jarak tetap sepuluh parsec (satu parsec sama dengan 3.25 tahun cahaya).
Pengambilan Kunci
- Magnitudo absolut adalah kecerahan sebenarnya dari benda langit, sedangkan magnitudo tampak adalah seberapa terang benda itu tampak dari Bumi.
- Magnitudo absolut diukur pada skala standar, sedangkan magnitudo semu dipengaruhi oleh jarak dan faktor lainnya.
- Magnitudo absolut digunakan untuk membandingkan kecerahan benda langit, sedangkan magnitudo tampak digunakan untuk menemukan dan mengidentifikasinya.
Magnitudo Mutlak vs Semu
Perbedaan antara magnitudo absolut dan magnitudo semu adalah bahwa magnitudo absolut tidak mempertimbangkan ukuran benda langit dan titik pandangnya. Magnitudo yang tampak mengetengahkan tingkat luminositas benda langit apa pun dari titik referensi. Magnitudo mutlak mengukur intensitas bintang untuk jarak tetap saja.

Magnitudo absolut mengukur pencahayaan intrinsik benda langit (bintang). Magnitudo semu memberi kita gambaran yang jelas tentang intensitas benda langit mana pun jika dilihat dari Bumi.
Magnitudo yang tampak ini berevolusi dari versi sebelumnya dari skala magnitudo yang dikembangkan oleh Hipparchus.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang intensitas benda langit dari titik referensi, magnitudo semu memberi kita gambaran yang jelas tentang kriteria yang disebutkan di atas.
Tabel perbandingan
Parameter Perbandingan | Besaran Mutlak | Besaran Nyata |
---|---|---|
Arti | Ini memberikan besarnya kecerahan benda langit ketika diamati pada jarak tetap. | Ini menunjukkan kecerahan benda langit mengenai titik pengamatan (Bumi). |
Skala yang digunakan | Skala logaritmik terbalik. | Skala logaritma terbalik. |
Символ | Dilambangkan dengan simbol Mv | Itu dilambangkan dengan simbol mv |
Faktor-faktor yang bergantung padanya | Energi tersebut dipancarkan dari bintang atau benda langit. | Ukuran benda langit, jumlah energi yang dipancarkan dari tubuh dan jaraknya dari bumi. |
Highlight | Saat mengukur kecerahan, ini tidak mempertimbangkan kehilangan energi akibat penyerapan cahaya oleh debu kosmik. | Saat mengukur luminositas, mempertimbangkan semua faktor, seperti energi yang diserap oleh materi antarbintang. |
Apa itu Magnitudo Absolut?
Magnitudo absolut mengacu pada tingkat luminositas benda langit ketika diamati pada jarak tetap 10 parsec (ini setara dengan tiga puluh kali jarak yang ditempuh cahaya dalam setahun).
Magnitudo absolut menggunakan skala logaritmik terbalik untuk merujuk pada intensitas cahaya yang dipancarkan oleh benda langit. Ini memberi tahu kita bahwa nilai magnitudo absolut berkurang dengan meningkatnya luminositas objek. Dilambangkan dengan simbol Mv.
Magnitudo absolut dapat dihitung dari magnitudo semu sebagai berikut.
Mv = m – 2.5log([h/10]2)
dimana
- d mengacu pada jarak dalam parsec
- m mengacu pada besarnya tampak diukur
Alat yang digunakan untuk mengukur besaran mutlak disebut bolometer. Ini adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur insiden radiasi elektromagnetik.
Magnitudo mutlak memberikan kecerahan intrinsik dari objek langit. Sistem ini tidak mempertimbangkan energi yang diserap oleh materi di ruang angkasa saat diukur. Magnitudo absolut memberi kita gambaran tentang luminositas sebenarnya dari benda langit.

Apa itu Magnitudo Semu?
Magnitudo semu mengacu pada luminositas benda langit yang diamati dari titik pengamatan, yaitu Bumi. Ini mempertimbangkan semua faktor praktis yang akan menghalangi atau menyerap terang pada jalur perjalanannya.
Dengan demikian, ini memberi kita gambaran yang jelas tentang kecerahan sebenarnya dari sebuah bintang jika dilihat dari Bumi.
Simbol mv menunjukkan besarnya tampak. Skala yang digunakan dalam magnitudo semu adalah logaritma terbalik. Mirip dengan magnitudo absolut, nilai numerik dari magnitudo semu berkurang saat intensitas cahayanya meningkat.
Mata telanjang dapat melihat benda-benda langit yang magnitudo tampak berkisar antara -1 hingga 6.5. Misalnya, bintang Sirius akan terlihat oleh mata telanjang di langit yang cerah.
Magnitudo absolut juga dapat diukur dari magnitudo semu. Rumus yang menghubungkan besaran mutlak (Mv) dan magnitudo semu (mv) adalah sebagai berikut
Mv - mv = 5 – 5 log10(D)
di mana d adalah jarak dalam parsec.

Perbedaan Utama Antara Magnitudo Absolut dan Tampak
- Magnitudo absolut adalah cara untuk mengukur kecerahan intrinsik benda langit. Magnitudo semu menunjukkan besarnya kecerahan relatif terhadap jarak yang diukur dari titik pengamatan.
- Magnitudo absolut juga dapat dinyatakan sebagai magnitudo semu untuk mengukur luminositas pada jarak sepuluh parsec dari benda langit. Dalam kasus magnitudo semu, titik acuannya adalah Bumi.
- Besaran mutlak tidak mempertimbangkan faktor yang dapat menghalangi jalur cahaya yang dipancarkan dari objek. Besaran ini menunjukkan luminositas sebenarnya dari benda langit. Namun besaran tampak diukur dengan mempertimbangkan semua faktor yang akan memengaruhi intensitas cahaya yang diukur dari benda tersebut.
- Mv menunjukkan besaran mutlak, sedangkan magnitudo semu dilambangkan dengan mv.
- Sistem fotometrik membantu mengukur besaran tampak, sedangkan bolometer adalah instrumen yang membantu mengukur besaran absolut.